Minggu, 12 Desember 2010

Jendela

Tak asing untuk meniupkan udara ke jendelaku
Hingga embun dioksidamu membentuk penghalang ketranparanku
Juga kau ukirkan namamu
Di jendelaku yang kau embuni itu
Kau sudah terlalu sering
Mengukir dan meniup
Hingga balon udara yang dijendela ku
Mengembang dan hampir pecah
Walau ku transparan, tapi aku masih bisa bersembunyi di bayangan cahaya terpantul
Kau hanya melihat mimikku
Kau pikir kau sudah mengerti jendelaku
Kau tidak tahu pa di dalam tebalnya kacaku
Dioksidamu dan ukiran namamu
Masih menempel hingga terselimuti debu waktu
Jendelaku, yang masih transparan namun tetap menyembunyikan
Hingga kau berlalu, hampiri jendela lain yang kelihatan lebih bening
Yang cukup menyenangkan untuk kau tiup dan ukir
Sepi kini, walau sinar memanjaku dengan silau
Tak ada embun dan ukiran...
Namun aku perlahan menghilang,
Dalam ketransparan....