Rabu, 31 Juli 2013

#Headmistress#Magic-Moment#Dreaming

Aku selalu bertanya kenapa orang-orang di sekitarku bisa pintar berbicara dan menulis. Dan mereka hebat dan sopan dalam hal mengemukakan pendapat di suatu pertemuan organisasi ataupun menulis opini di surata kabar. Mereka seperti punya "magic moment"; yakni moment yang menuntun mereka untuk berbicara di timing yang tepat, dengan bahasan yang tepat, serta dengan mimik yang tepat pula. Jika aku bercermin tentang diriku sendiri, aku akan menemukan seorang gadis yang berbicara terpatah-patah, berusaha menyampaikan apa yang di dalam hatinya namun malah disambut dengan senyuman orang yang mendengarnya seolah aku sedang melucu atau sedang mengatakan hal yang sangat tidak masuk akal. Kalau udah melihat senyuman maklum mereka, aku akan berkata dalam hati, "Aku masih perlu melatih kepercayaan diriku, mengencangkan instingku, dan memperluas wawasan."
Ya, yang paling terakhir sangat penting; Memperluas wawasan.

Jika aku mengingat bacaan yang paling sering kulahap, aku jadi tersadar. Selama ini aku hanya membaca buku fiksi, buku yang mengisahkan kisah-kisah yang dikarang dengan imaginasi manusia. Aku memang mendapatkan kepuasan dengan menikmati konflik-konflik yang tersaji di dalam ceritanya. Tapi ternyata aku tidak memperoleh pengetahuan yang berarti dari membaca buku tersebut. Mungkin dari novel "Pillow Talk" karangan Christian Simamora, aku jadi sedikit tahu tentang usaha toko online, atau dari novel "Perahu kertas" karangan Dee, aku jadi sedikit mengerti emosi penulis dongeng dan pelukis. Tapi itu sangat tidak berarti apa-apa dibanding dengan konflik yang sebenarnya sedang terjadi di dunia nyata. Atau mungkin aku tidak terlalu kritis memilih bacaan. Aku menyukai fiksi, tapi aku tahu itu bukan sesuatu yang penting. Sama seperti keinginanku ingin kembali menjalin hubungan dengan seorang pria, tapi aku tahu mengejar cita-cita lebih penting. Hehehe, kok jadi lari ya...

Jadi keputusannya adalah menggeser semua yang tidak penting. Menggeser semua hiburanku. Menggeser hal yang kusukai namun yang belum penting. Belajar menyukai yang penting. Belajar menyukai hal yang membuatku bertumbuh. Singkirkan semua drama series korea, simpan novel-novel, dan berhenti mendengar lagu-lagu yang bikin galau. 

Ada banyak seminar yang mendidik yang bisa kuikuti mulai sekarang..
Ada banyak buku yang bisa kudapat di perpustakaan kampus yang memperluas wawasan..
Ada banyak web yang menyediakan informasi yang berharga dengan cuma-cuma..
Ada banyak teman yang bisa diajak diskusi mengenai pengetahuan, dan pembicaraan itu pasti menyenangkan..

Sewaktu SD, aku pengen jadi seorang guru kelas tiga SD yang baik..
Sesudah SMP, aku pengen jadi guru Bahasa Indonesia yang cerdas..
Setelah di SMK, aku pengen jadi guru komputer yang keren dan dikagumi..
Dan setelah jadi Mahasiswa, semuanya buram, aku cuma pengen jadi bagian dari masyarakat yang berguna dan turut andil dalam memajukan pendidikan Indonesia. AKu mau jadi Kepala Sekolah suatu hari nanti, hahahahaha.
Ya itulah Mimpi, kita harus bermimpi selagi bermimpi itu ga dilarang.
Dan seorang Kepala Sekolah itu harus Hebat dalam Berbicara dan Menulis. Supaya dia bisa berbicara, mengutarakan ide-idenya dengan benar dan diterima oleh orang yang akan menjalankan pendidikan tersebut. Supaya dia bisa menulis buku untuk meneruskan pengetahuannya kepada generasi mendatang.

Memberi yang terbaik. Semoga impian kita akan terwujud. Semoga kita menjadi salah satu manusia yang berbahagia di atas muka bumi ini. Amin.