Minggu, 12 Desember 2010

Jendela

Tak asing untuk meniupkan udara ke jendelaku
Hingga embun dioksidamu membentuk penghalang ketranparanku
Juga kau ukirkan namamu
Di jendelaku yang kau embuni itu
Kau sudah terlalu sering
Mengukir dan meniup
Hingga balon udara yang dijendela ku
Mengembang dan hampir pecah
Walau ku transparan, tapi aku masih bisa bersembunyi di bayangan cahaya terpantul
Kau hanya melihat mimikku
Kau pikir kau sudah mengerti jendelaku
Kau tidak tahu pa di dalam tebalnya kacaku
Dioksidamu dan ukiran namamu
Masih menempel hingga terselimuti debu waktu
Jendelaku, yang masih transparan namun tetap menyembunyikan
Hingga kau berlalu, hampiri jendela lain yang kelihatan lebih bening
Yang cukup menyenangkan untuk kau tiup dan ukir
Sepi kini, walau sinar memanjaku dengan silau
Tak ada embun dan ukiran...
Namun aku perlahan menghilang,
Dalam ketransparan....

Jumat, 03 Desember 2010

Bad job

Mungkin aku seharusnya ga boleh mengeluh, karena aku yang meminta ini semuanya. Aku ga boleh mengeluh kalau aku itu kekurangan duit karena aku yang memutuskan untuk kuliah sendiri dengan biaya sendiri. Aku juga ga boleh protes mengenai kerjaanku karena aku yang meminta dipindah section kan. Kerjaanku yang dulu sebagai App powerman yang kerjanya cuma ngecek baterai ampe jam pulang diganti dengan pekerjaan memantau(menghitung sebenarnya) jumlah baterai yang ada. Dan baterai dari Begin stock harus sama dengan jumlah baterai yang udah finish good dan remainnya. Padahal baterai itu ada di mana-mana, ada banyak orang yang memegangnya dan juga aku ga punya lawan shift. Setiap hari, setiap baterai itu diproduksi pasti ada varian, aku pusing.. Sudah dihitung ulang, tapi tetap varian. Aku ga tau lagi harus gimana. Aku hanya seorang cewek yang punya banyak pemikiran dan tugas kuliah yang dituntut untuk mencari pemecahan persoalan varian itu. Hfff...Belum lagi aku ga pernah kasih kabar ke rumah. Aku ga tau kapan aku bisa punya waktu untuk bertelepon lama dengan mereka. Pulang kuliah jam 10, bangun besoknya pasti telat karena tidurnya juga larut malam karena mengerjakan pekerjaan rumah, pulang dari PT, kejar-kejaran waktu supaya ga terlambat. Aku memang ga boleh mengeluh, karena itu adalah pilihanku. Tapi bolehkan aku ngasih tau apa yang kurasakan....Mudah-mudahan aku cepat terbiasa dengan keadan ini, aku cape.....

Sabtu, 02 Oktober 2010

God always gives a way

Teman-teman merasa kasihan dengan tingkahku yang layaknya orang yang kehilangan akal. Aku berani-beraninya kuliah tanpa memikirkan bagaimana aku akan membagi waktuku bekerja di PT dan pergi kuliah nanti .Mereka mendesakku untuk segera membicarakan hal itu dengan supervisorku yang mungkin akan bisa memberikan solusi yang kiranya bisa membantuku. Aku yang awalnya berpikir biarlah pada saat kuliah nanti akuselalu datang terlambat, asalkan aku bisa kuliah. Aku telah membayangkan, setiap hari aku akan mengejar waktu mati-matian, sepulang dari Pt pukul 19.20, dan aku harus sudah mengabsen diriku pukul 19.30 di Kampus yang jaraknya 15 menit dari Pt tempatku bekerja. Tapi temanku terus mendesak, dan bahkan mereka memanggilkan Babe Farid, supervisorku untukku, aku dan Babe itupun berbicara. Sedikit kelegaan menyelinap masuk, babe Farid mengiyakan permintaanku dan menyuruhku membicarakan hal itu dengan bagian Admin, yakni Pak Agung.

Besoknya aku membicarakan hal itu terlebih dahulu kepada Leaderku, Mbok Novi. Bukannya mendapat dukungan, dia malah berusaha membuat aku berpikir bahwa keinginanku adalah mustahil untuk diwujudkan. Padahal aku hanya ingin agar aku hanya diplanning lembur satu jam saja pada saat aku masuk shift pagi. Dan keningkupun semakin berkerut. Tidak jera, aku membicarakan hal itu kepada Mbok Asih, Leader yang membuat planningan lembur. Dia dengan tegas mengatakan bahwa permintaanku itu sangatlah susah untuk dikabulkan. Karena di PT tempatku bekerja, lembur adalah sesuatu yang wajib, yang walaupun memang jam lembur sudah agak dikurangi. Dan ketika aku memberitahukan hal itu kepada Babe Farid, dia memarahiku. Dia menyuruhku membicarakan dengan Pak Agung, tapi aku malah memberitahukan hal itu kepada leader, pihak yang hanya memikirkan bagaimana caranya agar produksi bisa target. Mereka maunya kamu tetap berada bersama mereka hingga produksi mencapai target dan selesai, ungkap Babe Farid. Dan Babe Farid membuatku memutuskan agar aku segera menjumpai Pak Agung besok paginya.

 Dan pagipun datang. Sebelum bel berbunyi dan ruangan Office masih agak kosong, aku masuk dan menemui Pak Agung. kututurkan maksudku, dan apa yang kuterima dari Pak Agung benar-benar tidak sesuai dengan harapanku.Dia berkata dia tidak berwenang untuk memutuskan aku lembur berapa jam. Pak Agung hanya bertugas memberi laporan tentang jumlah jam lembur kami. Dan akupun menelan semua penjelasan Pak Agung dan keluar dari ruangan Office dengan badan yang membungkuk.

Malam yang dingin, hingga membuat perut Kak Rona menjadi sakit. Dia mengeluh dan memintaku untuk mengantarnya ke klinik. Kebetulan hari itu aku ingin mengambil uang dari ATm dan juga membeli kado untuk temanku yang sedang berulang tahun. Aku mengantar kakak itu ke klinik, dan kemudian aku pamit untuk pergi ke plaza sebentar. Setelah menyelesaikan urusanku di plaza itu aku segera keluar dengan langkah cepat takut Kak Rona menungguku terlalu lama. Setiba di teras Plaza, seorang bapak tua sedang duduk dan menyapaku dengan wajah yang lelah. "Dek, belikan roti satu." ucapnya. Terlalu banyak kulihat pengemis di kota batam ini, dan ada sedikit rasa benciku melihat mereka sebenarnya masih bisa bekerja tapi malah duduk-duduk di pinggir jalanan mengharapkan belas kasihan orang lain. Aku tersenyum sedikit dan segera pergi. Tak jauh dari plaza aku teringat tentang foto yang ingin kuprint. Aku kembali masuk ke dalam plaza. Dan kemudian aku menyelesaikan maksudku yang terlewati itu, aku terpaku pada toko kue yang letaknya di dekat pintu keluar Plaza. Bayangan bapak yang duduk di teras plaza terlintas. Pastilah bapak itu sangat lapar, aku juga pernah merasa lapar sekali. Sangatlah sakit dan tidak menyenangkan sekali. Kubelikan roti yang agak besar yang mungkin bisa menghilangkan lapar. Dan saat aku keluar dari plaza kuberikan kepada Bapak itu, dan ada rasa bahagia menyelinap ke hatiku saat melihat wajah senangnya.

Dan besoknya saat aku sedang sibuk mengApp baterai Atex, aku dipanggil oleh Pak Agung. Dia bermaksud untuk memindahkan aku dari section produksi menjadi section control material, dimana aku bisa mengatur sendiri aku akan lembur berapa jam sesuai yang kumau, sesuai dengan yang kubutuhkan. Dan akhirnya masalah pembagian waktuku terselesaikan. Beribu-ribu terima kasih di hatiku. Tuhan tahu cara yang terbaik untuk memberi jalan untuk setiap permasalahanku. Thanks God.

Minggu, 12 September 2010

Bingung biaya kuliah

Ini sudah tanggal 12, dan aku belum juga mengumpulkan uang untuk biaya pendaftaran kuliahku. Aku butuh uang 150 untuk uang pendaftaran dan 2,9 juta untuk Dp jadi totalnya, aku butuh uang 3 juta lebih. Aku punya uang tunai 1,2 juta di dompet, 400rb yang seharusnya untuk tabungan berjangka, dan satu set handphone yang ingin kujual mungkin harganya berkisar 800rb. Seharusnya aku bisa lebih merasa aman, karena aku sudah meminjam 1 juta kepada kak Nofri. Tapi karena aku membiarkannya hingga lama,  ternyata kak Nofri sudah lebih dulu memberi uang itu kepada kakak lelakinya. Saat mendengar penuturan Kak Nofri, aku sedih dan tidak tau harus berbuat apa lagi. Ternyata untuk kuliah dengan biaya sendiri tanpa dukungan orang ua sangatlah berat. Malam itu juga aku curhat kepada sahabatku. Dia ternyata mampu mengembalikan harapanku. Dia bersedia menjual emasnya demi menolong aku. Namun keesokan harinya, pada waktu yang telah kami janjikan dia tidak dapat dihubungi. Entah sudah beberapa panggilan tak terjawab di handphonenya. Aku tidak tahu apakah dia sedang masuk kerja, atau sedang kencan atau tertidur, atau malah tidak menghiraukan panggilanku karena berubah pikiran. Gadis berumur 18 tahun, sedang mengerutkan keningnya berpikir keras apakah yang harus dilakukannya untuk menutupi kekurangan modal kuliahnya. Sekali lagi, kuliah sendiri tanpa dukungan orang tua itu ternyata sangat berat.
    Ada banyak orang yang bisa dimintai tolong. Ada teman satu line, ada teman satu rumah, tapi aku merasa lelah dengan penolakan juga dengan sinisan. Memang aku selalu cuek dengan pendapat orang lain, tapi peduli dengan perasaan orang lain, namun kali ini perasaanku sudah terlampau rapuh dan lelah. Aku hanya ingin kuliah, mmeperbaiki kehidupanku, berusaha menjadi terang di keluargaku, agar jangan ada lagi orang yang memandang rendah kepada keluarga, dan agar ayahku bisa menikah lagi. Tuhan, tolong aku, aku butuh arahanmu. Aku hanyalah gadis kecil dengan cita-cita besar yang takkan tergapaikan tanpa kasih darimu. Amin.