Minggu, 28 April 2013

Sun

Senja itu masih terasa bagiku. Tepat saat kita bersama menikmati matahari terbenam. Aku tidak sadar kalau kita ternyata menginjak bumi, karena tanganmu lembut menggenggam jemariku. Semua terasa sempurna. Hatiku ringan. Senja itu, mendengungkan sajak Kahlil Gibran yang romantis di ingatanku. Kumenatap wajahmu sekilas. Berusaha mencari kepastian. Tetap aku merasakan kelinglungan saat bertatapan mata denganmu. Aku ingin denganmu selalu, Aku takut kehilanganmu, Aku ingin kamu tetap di sampingku, Aku ingin kamu selalu ada, Aku ingin kamu tahu bahwa yang kuinginkan hanya kamu. Kamu semata.

Matahari sudah terbit lagi. Semangatnya berpendar. Tepat saat kau mengerling dan berkata, "Mario Teguh akan banyak mengungkapkan kata-kata motivasi di saat ini. Kau lihat betapa mengagumkan pagi ini?" Aku tersenyum. Memandang binaran matamu, dan bertanya dalam hati, bisakah kau bersinar bagiku selamanya? Aku akan berubah menjadi mendung jika tanpamu.

Kaulah siangku. Puncak segala hidup yang berarti. Aku tahu betapa kau bekerja keras, penuhi segala prinsip yang kau pilih, lakukan dan nikmati. Matahari tepat di atas ubun-ubun mengalirkan keringat dari sela rambut sampai ke ujung daguku. Lirik dan Rima Cold play melantun. Aku mencintai hidupku, bahkan hingga aku menemukan dirimu. Aku mencintai dirimu, bahkan hingga saat ini aku selalu mengingatmu.

Di saat matahari pergi, malam datang, aku menggigil kau menghilang. Aku menantikanmu datang. Aku membutuhkanmu. Dan aku melihatmu menggeliat dalam kegelapan. Kau mengulurkan tangan hendak menggapaiku. Aku tidak mau. Malam tidak menyenangkan. Aku mengenyahkanmu, kau sedih berkata, "Matahari akan terbit lagi. Bisakah kau membuatku tetap hidup lagi? Berikan tanganmu untuk kugenggam. Aku masih ingin hidup lagi." Aku menggeleng. Aku mengatakan tidak. Pergilah.

Matahari sudah terbit, bersinar, terbenam dan terbit lagi. Hari-hari tanpa kamu, tanpa aku, tanpa kebersamaan kita. Walau panasnya surya menusuk hingga kulit terdalam, entah kenapa rasanya aku menjadi beku. Beku. Beku karena tanpa kamu lagi. Namun, jika ternyata udara membuatku tetap hidup, matahari tetap membuatku kuat, angin mengibarkan rambutku, kau, ingatan tentangmu tetap membuatku damai. Aku tetap ingin menikmati matahari dan hari yang bergulir denganmu. Aku menantikan hari, matahari itu, dan sosokmu lagi. Entah kapan..

Sabtu, 20 April 2013

Cerita tentang Movie The Longest Night in Shanghai

Source: Google.com
Sebenarnya ini film yang udah lama banget. Tapi sampe sekarang aku belum lupa jalan ceritanya yang keren banget, pesan moral alias intentionnya yang menyentuh banget. Aku dulu nonton ini di HBO pas masih nganggur abis finish kontrak dari PT Sanyo dan lagi liburan semester 3. Kira-kira 2 taon yang lewat lah.

Ceritanya tentang dua manusia yang berbeda bahasa dan kebudayaan yang menjalani satu malam bersama-sama dalam emosi dan kegalauan. Si cewek itu adalah supir taxi Shanghai yang penampilannya amburadul, sedang si Cowok penata rias selebriti terkenal yang datang dari Jepang. Si cewek namanya Lin Xi, lagi mumet banget karena adiknya mau jual rumah mereka satu-satunya buat biaya sekolah. Padahal rumah itu berarti banget buat Lin Xi karena punya kenangan bersama mendiang ibunya. Bukan cuma itu aja, Lin Xi juga sedang lagi patah hatinya karena orang yang diam-diam disukainya, montir yang juga temannya bakalan menikah dengan cewek lain. Duh, kasian banget deh dia itu. Gua udah bisalah sikit-sikit ngerasain itu gimana. Sedang si Cowok, namanya Naoki, udah mulai jenuh dengan kekasihnya yang juga adalah asistennya. Dia juga udah tahu kalau ada cowok lain yang lagi deketin ceweknya dia. Tapi Naoki juga sama kayak Lin Xi, ga berani terus terang sama kekasihnya kalau dia mau give up sama hubungan mereka. Akhirnya mereka ungkapin perasaan mereka dengan menulis di jalanan dan dinding kota Shanghai pake lipstik, hahaha. Mereka nulisnya pake tulisan yang kontras banget, satu pake tulisan Cina satunya lagi pake tulisan Jepang.

Yang paling keren dari setiap scenenya adalah kerlap-kerlip kota Shanghai. Naoki juga keren, aku ga bosan liatin facenya, hahaha dasar cewek! Mereka saling ungkapin perasaan dengan bahasa masing-masing. Mereka juga berantem pake bahasa yang berbeda. Lin Xi minta uang taxi sama Naoki, tapi Naoki ga bawa dompet karena dia sebenarnya lagi nyasar dan lupa di hotel mana dia menginap. Naoki kasih jasnya tapi Lin Xi ga mau. Naoki liat Lin Xi nangis galau karena montir yang disukainya bakalan married, dia cuma bisa diam di dalam taksi. Hmmm, 
Endingnya, Naoki mendandani Lin Xi pas mau datengin married cowok montirnya dan dia jadi benar-benar cewek yang berbeda, cantik dan feminim.Hmmm.

 Intinya cerita di film ini, kita harus terus terang dan berani ungkapin perasaan kita. Tapi emang ada kalanya kita itu memendam perasaan kan? Aku juga pernah ngerasain apa yang dirasakan Lin Xi. Dulu gua juga pernah diam-diam suka sama seorang cowok. Gua suka dia mulai aku duduk kelas 1 SMP, Hahahaha. Kemarin perasaan, dia itu cowok yang paling perfect yang pernah gua kenal. Saat semua cowok di kampung udah belajar merokok, dia bilang no way to cigarette! Waktu semua cowok udah pada keganjenan cari cewek biar dibilang keren karena udah pacaran, dia enggak tuh. Dia malah asyik belajar pas semua temannya lagi nongkrong di luaran. Waktu budaya cabut dari kelas lagi ngetrend, sama dia ga ngaruh banget. Ya gitu deh, Tapi aku ga berani tunjukin rasa suka aku. Paling aku senyum-senyum aja pas dia datang ke rumah, atau ngintip dia main bola di halaman, atau liatin dia pas ibadah di gereja.
 
Aku ga mikir mau suka sama cowok lain, cuma suka sama dia aja ampe akhirnya dia tamat sekolah dan merantau dari kampung. Mungkin karena itu kali ya makanya aku ga pacaran sampe aku akhirnya kerja dan kuliah di Batam. Sebenarnya bagus juga aku ngalamin hal kayak gitu, jadinya kan sekolah jadi fokus karena ga kepikiran buat pacaran sama cowok lain. Hehehehe.

Sabtu, 06 April 2013

April without Love

Yep, akhirnya aku menulis di blog lagi. Tapi, entahlah aku tidak tahu persis apa yang mau aku tulis di blogku yang sepi ini. Mungkin berdiary-diary ria? Hmm, sepertinya tidak terlalu buruk. My Blog, My Diary.

Gimana kalau aku pake kata "gua" atau "gue" untuk gantiin kata "aku"? Biar serasa blogger dari jakarta atau bandung gitu, hahaha. Boleh dicoba. Padahal aku lho batak.

Gue Friska. Dan gue 21 tahun. 
Gue lagi kerja sambil kuliah di pulau berhutan yang namanya Pulau Batam. Gua kuliah jurusan Sastra Inggris di Universitas Putera Batam dan kerja di sebuah perusahaan swasta. Dengan bangga (astaga, dasar tukang pamer) gua mau bilang kalau biaya hidup dan biaya kuliah gua sekarang itu aku dapat dari hasil keringat gua sendiri. Ngomong-ngomong gua udah cocok disebut sebagai Cewek yang Mandiri kan. hehehehe

Gue baru aja jatuh cinta dan juga putus cinta. Strange, isn't it? hahahahaha.
Dia Fraiser, cowok cuek yang hometownnya sama kayak aku, kota Siantar tercinta. Kita sama-sama kuliah sambil kerja, sama-sama lagi berjuang membentuk masa depan, cieeee. Kita udah jalan 3 bulan setengah, dan kita benar senang-senang. Dan kemudian gua merasa perhatiannya menurun 2 minggu terakhir, dan aku benci dia seakan tidak peduli. Dan akhirnya sodara-sodara kanduang, gua mutusin tali benang hubungan percintaan kami yang masih seumur jantung, eh seumur jagung itu. Seems stupid right? Yeah, I am such a silly girl. Gua udah ngajak balikan tapi dia ga ada angkat telpon ama sms gua. Hiks, Hiks, Hiks. Katanya sih prinsipnya dia tuh anti balikan lagi sama mantan. Ih, menyebalkan ya...

Putus cinta itu berarti instropeksi diri sendiri dan pasangan. 
Sebisa mungkin aku mencari sisi buruknya Fraiser supaya bisa dijadikan alasannya memutuskan hubungan kami. Supaya aku ga sedih-sedih amat karena udah putus. Dan semakin aku mencari, aku semakin menemukan betapa dia itu baik banget buat aku. Dia orangnya sabar, pengertian, dan apa adanya. Aku suka caranya meraih tanganku, menggenggamnya, bicaranya yang pelan tapi teratur, senyumnya, tatapannya yang hati-hati, dan Arrgghhh gua malah jadi kepikiran dia terus kan. Galau benar deh aku. Mungkin dia cuek, tapi itu sah-sah aja karena gua juga butuh ruang untuk diriku sendiri. Regreting this? Yes! Sad? Yep! Broken heart? I think so. Ah, gundah galau gulana. 

Di kampus, teman-teman pada nyebutin namanya di depanku. Benar-benar bikin hati makin down.
"Fris, just guess. I have just met your boyfriend in upstair." Cahaya said.
"Ex. Ex-boyfriend." gua mengoreksi.
Bukan cuma Cahaya, Bintang juga kenapa harus teleponan ma Fraiser di depanku. 
"Fr*iser, gimana cewekmu ini, Dia lho lagi galau." ucap Bintang di handphone. Dia sengaja turn on loudspeaker dan terdengarlah suaranya yang sangat familier bagiku.
"Aku ga punya cewek lagi." 
Menyedihkan.

Entahlah, mungkin seiringnya waktu berjalan aku bisa lupain dia. Tapi sampe sekarang gua sedih, apa dia ga bisa langgar prinsipnya itu sekaliii aja. Apa benar dia udah ga sayang lagi samaku sampe ga mau balikan. Iya sih dia tegas, tapi apa aku memang udah dilupakan, Hahahahhaha, Friska yang malang.


Terserahlah. Yang penting gua Friska, dan umur gua 19 tahun 21 tahun. Gua kuliah sambil kerja di Batam. Gua cewek sulung di keluargaku. Hidupku sangat berarti buat Bapakku, Abangku dan Adik-adikku. Gua pengen tinggal di pulau kecil, jadi guru (atau kepala sekolah gratis) yang berjasa buat pulau itu, dan juga seorang Penulis yang berbakat dan bukunya laris.

I love you, Fraiser or my boyfriend di masa yang akan datang. Gua berharap gua jatuh cinta lagi, dan kali itu aku akan melakukannya dengan benar. But if we loved again, I swear I'd love you right (Taylor Swift - Back to December)

Senin, 01 April 2013

Cita-cita(Mimpi) jadi Penulis

Penulis itu keren. Aku berharap jati diri, atau fungsiku di dunia ini, atau lebih tepatnya job yang jadi jodohku adalah penulis. Penulis itu bisa bekerja di rumah, Pake baju santai, snack and minuman di atas meja, dan posisi uenak mengetik di depan laptop atau komputer. Apalagi kalau rumahnya itu punya pemandangan yang keren terlihat dari jendela kaca, terinspirasi Drama korea Full House xixixixixi...

Jadi penulis itu harus punya banyak referensi. Karena itu aku pengen jalan-jalan ke tempat yang keren dan menginspirasi. Kayak J.Krowling kan jalan-jalan ke Roma biar bisa ceritain setting tempat kerennya Harry Potter. Aku juga pengen kayak gitu, Aku punya kamera yang keren, banyak duit, trus bareng Uli, kami jalan-jalan ke tempat yang keren. Membayangkan kisah apa yang mungkin terjadi di tempat itu. Mencoba menggali magisnya fiksi dengan background place tersebut.

Penulis punya pembaca yang mencintainya. Intinya dari fiksi itu adalah bisa menginspirasi si pembaca dan menambah kekayaan batin juga buat yang membaca. Dan setiap jenis orang menyukai jenis fiksi yang berbeda-beda. Aku pengen concern di fiksi buat Teenlit. Rasanya pasti menyenangkan kalau mendengar ada disana orang lain yang membaca fiksi dan kemudian terinspirasi. Mau bikin cerita tentang petualangan gadis yang berhasil berjuang, membuat orang sekitarnya berubah atau berbahagia. Yeah..Semoga, semoga, I wish, I wish. Friska, Keep On Fire!!!