Senin, 22 Desember 2014

Good Bye 2014!

Sudah lama ga menulis blog. Dan rasanya sangat kaku untuk kembali mengisi lembar kosong blog ini. Menulis beberapa lembar, trus dihapus lagi, tulis lagi, hapus lagi. Sama seperti saat sudah lama tidak pernah naik sepeda. Mau mulai menaikinya sangat susah. Pas udah pegang stang, pas digowes pasti jatuh lagi, coba lagi, jatuh lagi. Capek... Tapi menulis engga secapek itu deh.

Ngeblog itu berarti menceritakan. Enaknya ngeblog atau menceritakan apa ya? Kalau cewek remaja, kebanyakan mulai menulis tentang kegalauannya, paling dominan pasti tentang cowok yang mulai ditaksirnya, atau keluarga yang mengekang kebebasannnya, atau kehidupan sekolah yang sangat monoton dan banyak tugas. Ga percaya, coba telusuri blog-blog cewek di browser termasuk tulisanku diblog di tahun-tahun yang lalu, kamu akan segera setuju dengan saya. Dan aku, sekarang apa yang bisa kuceritakan, Aku bukan cewek remaja lagi. Ada banyak hal yang sudah saya alami, dan saya sendiri  dengan kesadaran sendiri, dan dengan resiko sendiri menyatakan bahwa saya itu sudah dewasa :-D Ada banyak buktinya saya dewasa. Saya sudah memiliki kekasih, tinggal mandiri terpisah dari keluarga, memiliki penghasilan sendiri, dan memecahkan masalah saya dengan kemampuan saya sendiri. Give applause dong buat saya!(mulai error nih tulisannya, hehehe..)

Sesuai dengan judul diatas, aku mau ceritain kalo 2014 akan segera pergi. 7 hari lagi saudara-saudara, satu minggu lagi sodara-sodara sekalian. Nulis tanggal aja masi salah, mau nulis 2014 eh yang tertulis 2013, gini ceritanya gimana mau move on ke 2015. Dan begitulah, 2014 akan segera pergi. Kalo 2014 itu bisa disentuh, dicium, dan dipeluk, akan kuberikan dia salam terakhir, senyum terakhir, dan kado. "Kok ga dicium dan disentuh sih Fris?"tanya penonton sekalian. Jawabku, "Nanti kekasihku marah, saudara-saudara sekalian."

Tahun 2014 itu tahun yang sangat berkesan. 2014 itu ketika aku keluar dari 2 tempat kerja, PT Progres Miorita & PT Dhiva Sarana Metal. 2014 ketika aku dekat dan jadian dengan seseorang lucu dan perhatian bernama Noval Silitonga. 2014 ketika aku mulai bekerja di PT Ecogreen Oleochemicals Batam. 2014 ketika untuk pertama kalinya aku ngekost. 2014 adalah tahun pertama kalinya aku ngajar les (dan dibayar, setelah tahun-tahun lalu cuma jadi relawan). Dan akhir 2014 saat aku menyadari bahwa aku semakin hilang dari antara teman-teman, teman kampus, teman KMK.

Minggu, 21 September 2014

Tulisan yg menjadi draft blog selama 3 tahun

Time is money, but money is not time.

Aku baru saja membaca broadcast BBM dari temanku yang bercerita tentang pentingnya waktu. Ya waktu memang sangat penting. Begitu pentingnya waktu, hingga berbagai hal manusia lakukan untuk mempergunakan waktunya sebaik mungkin.

Seorang pendeta yang kemudian berhenti berkhotbah, dan concern seorang motivator. Dia menyadari ada banyak orang muda yang menyia-nyiakan waktunya, tidak mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Panggilan  tersebut yang mendorongnya untuk lebih spesifik ke pelayanan khusus memotivasi anak muda.

Seorang anak gadis yang cerdas datang dari desa ke kota. Di sana dia beradaptasi dengan orang lain. Niat awalnya adalah untuk kuliah di perguruan tinggi ternama di kota itu. Tidak dapat dielak dia disuguhi banyak hal baru yang menggetarkan sekaligus menantang. Si gadis tersebut mulai memiliki tujuan lain. Menikmati kebebasan yang selama ini sudah direnggut oleh privat dan bimbel yang dibombardir orang tuannya kepadanya.

Pemuda tamatan SMA yang pulang kembali ke rumah orang tuanya. Dia tidak sanggup harus menghidupi dirinya sendiri tanpa bantuan orang tuanya. Dia tidak menghargai waktu untuk belajar berproses. Gadis tomboy yang mulai merasa terlambat untuk belajar berdandan atau membentuk kebiasaan seorang gadis normal. Pemuda yang mendapat undangan perkawinan dari gadis yang selama ini diam-diam dia taksir, tapi tidak pernah punya keberanian untuk menyatakan.

Bahkan saya sendiri. Terlalu lama dituntun oleh idealisme tanpa berani mencoba hal yang baru. Kini aku mendapati diriku di dunia yang selama ini tidak aku kira sebelumnya. Kuliah tidak selesai tepat waktunya. Seharusnya aku sekarang sudah berada di kampung halaman untuk menolong orang lain atau melakukan pengabdian di tempat terpencil. Cita-cita yang dulu hebat kini harus ditentang oleh realitas yang mengharuskan aku berjalan merambat. Merambati hubungan dengan seorang pria yang sama sekali tidak pernah terpikirkan, menjadi Admin di sebuah perusahaan bukannya menjadi guru atau penulis, dan juga meninggalkan persahabatan yang sudah terjalin lama seolah-olah itu tidak berarti apa-apa.

Time is money, but money is not time

Kamis, 21 Agustus 2014

Lembar Terakhir

Menulis. Merenung. Dia menulis lagi. Dan merenung lagi.

Ini lembar terakhirku. Dengan pena yang kuberikan inisial namamu. Aku menaruhkan semua perasaan yang pernah kusimpan untukmu. Seperti, memandang botol minumanku yang berisi setengah dan teringat kamu. Saat kamu merebut botol itu dari tanganku padahal tutupnya belum dipasang sempurna. Air dalam botol tumpah dan membasahi kita berdua. Aku yang paling banyak kena tumpahannya. Dasar, aku tertawa sendiri mengenangnya.

Baiklah lembar terakhirku tertunda karena melihat botol minuman. Tapi jemariku terasa semakin lancar mengetik. Seperti lancarnya aliran darahku saat melihat jemari dan lenganmu yang kuat. Saat kamu menolongku membukakan pintu atau mendorong sepeda motor yang kehabisan bensin. Atau aliran darah yang kencang saat kamu lurus memandang ke arah wajahku. Astaga, rasanya semua darah berkumpul di ubun-ubun.

Ruangan hening, hanya suara ketikan di keyboard yang bergema mengisi. Lembar terakhirku berisi saat melihatmu terbaring menahan sakit. Saat aku bingung harus berbuat apa. Kamu menggenggam tanganku dengan tatapan tidak berdaya. Apa yang harus aku lakukan? Aku ingin membagi kesakitan yang sedang kamu rasakan, tapi apa yang bisa kulakukan? Kamu tertawa namun tetap meringis menahan sakit. Tawamu mengisi kekosongan ruang. Aku ikut tertawa dan mengencangkan genggamanku. Pernahkah kamu merasa hidup begitu mendesak, penuh dan rumit, dan tiba-tiba semua jadi lengang karena tawa seseorang?

Lembar terakhir. Lembar terakhir. Saat melihatmu, aku merasa lembar terakhir itu memiliki panjang yang tidak bisa kuukur. Apakah kita baru saja memulai? Lembar itu berisi kata menggoda pada awalnya. Tidak lama kemudian baris-baris abu-abu tentang pertengkaran kita. Bagaimana semuanya mengantarkan aku ke zona yang baru saja kurasakan. Perasaan yang hebat namun entah mengapa aku merasa tak berhak memilikinya. Kita berteriak, lalu memandang ke masing-masing dan tersenyum. Bolehkah aku menggenggam tanganmu lagi. Aku ingin ketenangan. Atau rangkullah aku. Aku akan menciummu agar kamu merasa dicintai. Rasanya lengkap saat ada seseorang yang ada di sekitarmu memperhatikanmu, dan benar-benar ada, siap untuk mendengar dan menghibur.
 Aku tidak ingin lembar terakhirku terkoyak lagi. Aku akan berusaha menjaganya, menulisinya, dan menyimpannya ke dalam sanubariku yang terdalam.

Kamis, 24 Juli 2014

Tersimpan lama di draft : "Label Baru"


Polsi, adik sepupuku selalu memanggilku,"Kak Aktivis"
Dasar :-D, itu mungkin panggilan sayangnya, tapi sekaligus itu menyindir kesibukanku di luar selama ini. Dan aku sudah berhenti.

Aku hanya ingin membantu orang lain. Aku hanya ingin bisa membantu keluargaku, saudara, dan teman.

Tiba-tiba aku tersadar kenapa selama ini aku ikut organisasi? Karena aku ingin membantu orang lain. Karena menurutku organisasi itu adalah hal yang baik. Karena aku ingin melakukan hal yang bermanfaat. Aku menemukan teman di sana. Menemukan pengalaman dan hal baru. Melakukan hal yang mungkin ga akan pernah aku lakukan kalau aku tidak ikut berorganisasi. Kapan lagi aku bisa bertemu dan membantu orang-orang di pulau Kubung dan Air Lingga? Mengunjungi gereja bareng-bareng. Mengunjungi Panti Asuhan. Rapat segala macam untuk kegiatan Kampus dan GMKI.

Dan seseorang menuduhku tidak tulus.
 Bodoh sekali dia. Setelah bertahun aku mendukungnya.

Banyak hal yang kualami membuatku mengerti idealisme ternyata tidak sepenuhnya benar, tidak sepenuhnya dapat diterapkan.
Dulu rasanya semua akan mungkin terjadi.
Seperti aku mungkin bisa menjadi penulis.
Atau belajar bahasa Jepang otodidak.
Lulus cepat.
Atau mendapat IP yang bagus.

Sekarang aku bercermin. Usiaku sudah 22 tahun dan semuanya itu tidak bisa kurealisasikan. Aku tidak mendapat apapun yang kuimpikan di masa lalu. Apa yang sebenarnya yang kuinginkan.

Label baru. Aku bakalan bilang ke Polsi gini, "Polsi, sekarang kakak bukan seorang aktivis lagi, tapi seorang wanita karir yang sedang mengejar kesuksesan, hahaha!"
Aku ingin cepat sukses, bisa membantu orang tua dan orang lain (Kalau bisa bikin Friska Siallagan Foundation, hahaha) dan juga membangun keluarga kecil yang bahagia.

Tuhan yang tahu jalan setiap manusia. Tuhan yang mengantarkan aku sampai di tempat ini. Tuhan yang menyadarkan aku bahwa idealismeku itu salah, bahwa aku tidak bisa melakukan berbagai hal hanya dengan mengandalkan diri sendiri. Dia mengelilingiku dengan orang-orang baik. Juga menghadirkan seseorang yang peduli denganku, memarahiku ketika kekanak-kanakkanku timbul, menasehatiku dengan gayanya yang lucu, dan membuatku tertawa rileks saat aku down.

Aku akan meneruskan hidupku. Ini adalah skenario yang dituliskan Tuhan untukku. Dan aku adalah pemain utamanya, seorang protagonis. Yang jatuh, berbuat salah, dan kemudian sadar dan segera bangun lagi. Keep On Fire, Lady Frizzy. You can do it!