Minggu, 01 Juli 2012

Menjadi Mandiri

Dulu waktu masih SMA, aku suka banget sama drama korea yang tayang di Indosiar pas sore hari. Rasanya gimana ya, situasi yang diceritain di drama impianku banget. Maksudnya, kebanyakan ceritanya itu tentang cewek mandiri yang berjuang menggapai cita dan cintanya, asik! Drama itu bikin aku berimajinasi, seandainya ntar aku jadi cewek dewasa, tinggal di suatu kota yang jauh dari orang tua, punya kost-an, barang-barang pribadi, en' setiap hari berjuang mendapatkan yang dicita-citakan, baik itu pekerjaan yang diidamkan, maupun cowok cool yang diimpikan, hahahay!

Rasanya keren banget kalau kita punya kamar sendiri, yang barang-barangnya milik sendiri, dan punya kebebasan mau ngelakuin apapun selagi dalam alur yang positif. Ini karena aku udah kapok sama status saya sebagai seseorang yang memiliki banyak saudara. Nonton Tv rebutan, main game di komputer juga rebutan, uang sekolah harus dibayar bergiliran, belum lagi harus mencuci dan menyetrika pakaian yang bejibun. Biasanya kalau masalah rebutan, aku yang menang. Karena statusku sebagai anak cewek yang paling tua, jadi mereka harus menurut. Tapi kalau Bapak n Mamak lagi di rumah, aku ditegor dan disuruh harus mengalah. Nah, sejak itu rasanya aku pengen banget hidup di suatu tempat hanya berkesendirian. Punya barang sendiri, tidak harus berebut dengan siapapun, tidak harus mengalah, dan juga tidak harus menunggu giliran.

Merantau ke batam, aku baru merasakan gimana jadi seseorang yang mandiri. Aku harus bisa bertahan hidup dengan hasil jerih payahku sendiri. Harus bisa mengatur pengeluaran sehingga akhir bulan tidak meminjam uang kepada orang lain. Pada saat bekerja itu kemudian aku mulai belajar, betapa sebenarnya mencari nafkah itu sangatlah susah. Sedangkan menafkahi diri sendiri harus bekerja keras seperti ini, apalagi menafkahi banyak anak seperti yang dilakukan orang tuaku, pastilah mereka sudah sangat berusaha. Aku sangat naif pada saat itu berpikir betapa orang tuaku tidak mengerti kebutuhan anak-anaknya. Aku merasa itu adalah kewajiban mereka untuk memenuhi keperluan kami, terserah apapun caranya. Dulu aku selalu merasa kesal dengan keterlambatan orang tuaku untuk membayar uang sekolahku. Selalu mengatakan kalau mereka itu bukan orang tua yang baik. Dan sekarang aku mengklaim bahwa diriku yang dulu benar-benar bodoh, tidak tahu diri, dan juga sangat-sangat naif.

Menjadi mandiri memang sebuah perjalanan. Mandiri bukan hanya bisa hidup mengandalkan diri sendiri, tapi juga diri sendiri itu harus terlatih dalam menghadapi situasi apapun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar