Rabu, 20 Januari 2016

Berhenti melakukan kesalahan...

Barusan menonton marathon drama K-Pop Cheongdamdong Alice tentang gadis miskin, lulusan universitas Desain yang merasa putus asa dengan usahanya untuk menjadi sukses. Yang akhirnya dia mencoba cara yang dipakai teman satu SMAnya, mendekati pria kaya untuk dinikahi. Dan tentu saja seperti drama-drama lainnya akan ada banyak lika-liku di dalamnya, dia ternyata jatuh hati pada pria kaya tersebut, dan pria kaya tersebut tidak percaya kalau itu ada cintanya benar tulus. Dan mereka terpisah... untuk sementara.

Apa aku percaya dengan pesan drama tersebut? Seorang gadis miskin yang menemukan impiannya karena dia berani?
Keberanian, salah satu syarat sukses yang tidak pernah aku miliki.

Aku tidak pernah berani menjawab pertanyaan guru sewaktu SMP walaupun aku sangat tau jawabannya.
Aku yang selalu berharap menjadi juara dua, tiga atau empat asalkan bukan juara 1 karena tidak berani menanggungnya.
Aku tidak pernah berani mengatakan "aku suka padamu" pada orang yang benar-benar kusukai dan memilih untuk dicintai daripada mencintai karena takut terluka lagi.

Dan kini, aku sudah memasuki usia 24. Tidak terasa. Jika dulu begitu banyak impian dan gagasan yang kumiliki saat masih belajar di kampus, entah mengapa sekarang menguap begitu saja. Apa aku bisa sukses? Aku selalu keluar masuk dari perusahaan yang satu ke perusahaan lainnya. Aku yang terlalu takut mengatakan keberatan jika ditekan terus sedemikian rupa dan memilih keluar dari dengan cara yang tidak baik.Dan saat aku menemukan pekerjaan baru hal tersebut terulang, aku ditekan oleh Owner dengan cara yang tidak menyenangkan. Menyadari dia sama dengan aku yakni sama-sama manusia, namun dia dengan kehidupan yang lebih beruntung, apa dia berhak mengatai kami. Aku memberontak pada saat itu, dan dia tidak menyukainya. Aku keluar.. Walaupun kali ini aku telah memberanikan diri.

Mungkin pada waktu muda, kita diperbolehkan melakukan banyak kesalahan. Berlaku ceroboh dan tidak disiplin di kampus maupun di tempat kerja. Menyukai lelaki yang ini, yang itu, dan sebagainya. Membuat rencana hidup seenaknya tanpa komitmen. Dan kemana semua cita-cita itu? Yang sudah digantungkan setinggi langit, lalu ditarik dan digantung di jendela kamar. Tidak akan kemana-mana. Karena tidak berani.

Sekarang, apa aku sudah lebih berani? Kemana aku akan berlari? Apa aku sanggup bertahan yang lebih penting lagi mendaki ke tempat yang lebih tinggi lagi.

Seorang Pendeta yang selalu kukagumi bernama Pdt.Nainggolan. Selalu berkata lantang dan berani. Tentu saja dia berani, karena dia memang mengatakan hal yang benar, disamping dia melakukan hal yang benar juga. Aku ingat di perkumpulan mahasiswa kristen di kampus, kami selalu mengundang Bapak tersebut jadi pembicara. Ada banyak alasannya kenapa itu harus terjadi.

Keberanian karena tau benar apa yang dilakukan dan melakukannya dengan benar. Aku sudah melakukan banyak kesalahan, sudah mencoba banyak hal, mencoba banyak kesalahan, dan mencicipi dan mengintip kehidupan yang tidak layak hingga aku tidak berani lagi. Aku sudah menyepelekan janjiku sendiri. Apa aku bisa berhenti melakukan kesalahan. Aku hanya ingin menemukan tempat yang benar, melakukan yang benar, bertahan dengan berani, dan mendaki dengan hati yang teguh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar